Friday, April 20, 2018

Berdamai dengan kekhawatiran

BY Maya Pratiwi IN , , No comments

Sumber gambar : huffingtonpost

Ada seorang bapak, yang juga sudah menjadi kakek, dan kebetulan juga beliau seorang pemimpin di tempat dia bekerja, nanya ke aku "Kamu yakin dengan pindah ke Bandung kamu bisa bahagia?". Lalu beliau lanjutkan, "Nanti kamu deket sama suami malah sering cekcok". Aku lupa aku jawab apa waktu itu, yang aku inget aku nangis di depan beliau. Nangis terisak-isak sampe ga bisa ngomong. Aku ga nyangka aja beliau nanya kaya gitu ke aku. Dia bisa saja menguatkanku, memberikan semangat dan support atau memberiku nasehat baik-baik, tapi beliau memilih bertanya tentang hal-hal yang tiba-tiba membuatku khawatir. Bisa jadi ini pertanda bahwa waktu itu aku belum mantap dengan pilihanku sehingga hatiku mudah digoyahkan. Aah, rasanya antara sedih, marah, dan bertanya-tanya, "Emang bapak ga bahagia ya tinggal bareng anak dan istri?". Dalam ingatanku, aku selalu rindu bisa bercengkrama di rumah bersama abi dan Kayla tanpa khawatir abi ketinggalan kereta. Atau jangan-jangan, rasa rinduku yang terlalu banyak sehingga aku merasa sangat ingin bersama abi setiap hari? 

Di hari saat aku dan abi memutuskan kami akan tinggal di Bandung saja, aku sudah tau betul konsekuensinya. Magelang dan Bandung itu jauh berbeda dari segala sisi kecuali cuaca dan suhu udaranya yang relatif sama. Macetnya Bandung yang mungkin membuatku tidak bisa sampe rumah tepat waktu, jauhnya jarak rumah dan kantor yang mungkin membuatku tidak bisa pulang kerumah saat makan siang untuk nengok Kayla, makanan yang bisa jadi lebih mahal, semua yang serba ada bisa jadi membuatku semakin konsumtif, harga rumah yang mahal mungkin akan sedikit membuatku pening mengatur keuangan, dan hal hal lainnya yang sudah menghantui pikiranku.

Tapi, menjalani hubungan jarak jauh bukan tujuan dari sebuah pernikahan kan?
Bukankah setiap keputusan punya sisi baik dan buruk? Kalo masih bisa diperjuangkan, kenapa diem aja?

Aku mencoba berdamai dengan semua kekhawatiranku tentang tinggal di Bandung. Aku atau bahkan abi pun tidak bisa menjamin bahwa kami akan bisa lebih bahagia atau lebih nyaman tinggal di Bandung. Karena hanya Allah yang maha tau. Aku perlu melibatkan Allah dalam setiap keputusanku. 

Aku mencoba berdamai dengan kekhawatiranku. Toh semua keputusan ada baik buruknya. Trus kalo di Bandung ada kesulitan ini itu yang mungkin ga terjadi di Magelang, trus mending LDM aja gitu? Gausah tinggal bareng? Cuma gegara takut ini itu trus udah aja biarin jauhan gitu? Kan gak gitu juga kan?

Aku mencoba berdamai dengan kekhawatiranku. Kekhawatiran yang malang melintang di pikiranku. Kadang, aku biarkan pikiranku berlari kesana kemari memikirkan hal baik dan buruk, semua yang bisa aku pikirkan, aku pikirkan, apa yang tidak terpikir jadi terpikir, aku biarkan sampai dia lelah. Kadang, menemukan energi baru setelah berpikir, kadang bertemu ide cemerlang, kadang menemui jalan buntu, kadang berputar-putar sampai dadaku terasa sesak. Mungkin ini cara yang buruk, kalo tidak setuju denganku, tidak usah ditiru.

Aku mencoba berdamai dengan kekhawatiranku. Aku berusaha jujur dengan perasaanku, tidak menepis perasaan perasaan yang muncul. Makanya sering aku bertanya pada abi hal-hal yang aneh. Atau kadang-kadang menanyakan sesuatu yang kata abi tidak perlu aku tanya karena jawabannya sudah pasti. Padahal bagiku, tidak ada yang pasti dalam diri manusia. Manusia bisa berubah. Yang muda menjadi tua, yang buruk menjadi baik, yang galau jadi bijaksana, yang benci bisa jadi cinta. Jadi semua harus aku tanyakan kepastiannya, karena wanita selalu butuh kepastian. Meskipun padahal aku sendiri sering tidak suka mendeklarasikan sesuatu, haha. Dulu ketika belun nikah dan ditanya abi, "mau ga makan diluar?", aku sering diem aja, pengennya dia tau apa yang aku mau :D. 

Tulisan ini sebagai pengingat bahwa aku pernah punya keputusan yang sudah aku pikirkan. Mungkin belum aku pikirkan matang-matang. Hanya saja aku tau betul apa enak dan gak enaknya. Setidaknya aku berusaha mendamaikan diriku dengan hal-hal ga enak yang mungkin akan aku hadapi dengan keputusanku itu. Aku ingat baik-baik agar ketika suatu hari aku merasa sedih dan lemah, aku bisa menguatkan diri. Tidak akan ada yang mudah, tapi jangan takut juga untuk menghadapi kesulitan. Jika sudah melibatkan Allah saat mengambil keputusan, apalagi yang dikhawatirkan? Jika masih khawatir, semoga masih dalam batas wajar, segera ingat baik-baik apa tujuan kita. 

Juga pesan untuk Kayla agar selalu melibatkan Yang Maha Hebat disegala keputusannya, agar tidak perlu risau menghadapi kesulitasn apapun. Dan bahwa setiap keputusan pasti memiliki konsekuensi, jadi pilihlah yang bisa mendekatkanmu pada kebaikan meskipun itu sulit dilalui.

0 comments:

Post a Comment

Hai, terima kasih sudah membaca.
Silakan tinggalkan komentar kamu disini.

Jangan lupa centang "Notify Me" yaa agar kamu bisa menerima balasan dari saya

Terima kasih :)