Thursday, June 22, 2023

Beyond Grateful

BY Maya Pratiwi No comments




Aku gak terlalu pandai ngomongin tentang insecurity. Pertama karena mungkin aku belum berhasil mengatasinya, kedua karena aku tau aku bukan siapa-siapa yang tentu saja tidak bisa "menjual" insecurity-ku sendiri.

Tapi, akhir-akhir ini aku tersadar bahwa bagaimanapun aku, baik dan buruk yang ada pada diriku, ini tetaplah diriku sendiri. Seringkali kita (aku) ingin berkenalan baik dengan orang lain, bersikap baik pada orang lain agar mereka menerima kita, tapi sering kita lupa untuk berkenalan baik dengan diri kita sendiri. Seperti aku.

Aku mengenal diriku seperti apa yang orang bilang padaku. Sehingga seakan-akan apa yang orang lain bilang itu benar, yang seringkali aku hanya mengingat bagian buruknya saja. 

Seperti sebagian besar penyebab insecure pada perempuan, aku pun merasa penampilanku tidak cukup baik. Karena tidak memenuhi standar kecantikan wanita Indonesia. Kulit putih bersih, rambut panjang lurus, lalu apalagi sih?

Kulitku sawo matang, terlalu matang mungkin. Tidak mulus seperti orang lain. Mungkin mukaku juga tidak simetris, gigiku perlu pake bracket, mukaku berminyak, hampir seperti penggorengan. Rambutku keriting sejak kecil dan aku tak pernah berniat membuatnya lurus meskipun pernah ada masa ketika rambut rebonding itu menjadi tren. Belum lagi aku anak yang manja, tidak bisa memasak, pemalas, serta beberapa “aib” lain yang tidak sanggup aku sebutkan lagi.

Ironi sekali. Aku udah jadi anak kos sejak dari SMA hingga sekarang, pergi ke berbagai kota di pulau jawa sendirian dan si anak manja itu masih melekat pada diriku. Aku memasak untuk bekal makan siang dikantor setiap hari, aku menyelesaikan sendiri pekerjaan rumah, aku memenuhi kebutuhan hidupku sejak lama dan si pemalas yang tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga ini melekat di diriku. Kenapa? Karena aku dan orang lain selalu melihat keatas. Membandingkanku dengan orang lain yang jauh lebih mandiri, jauh lebih tangguh, jauh lebih segala-galanya dibandingkan aku.

Sayangnya, aku tidak pernah bisa memilih untuk dilahirkan menjadi seperti apa. Dan jika itu semua diturunkan secara genetik, akupun tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari siapa kan? Ini yang aku dapatkan sejak lahir, tidak ada yang lain bukan?

Ini tulisan yang sangat serius. Karena aku tidak pernah seserius itu dihadapan orang tentang hal ini. Selalu haha hihi dan cenderung lebih sering menhina diri sendiri sebelum keduluan yang lain.

Tapi aku tau ada seseorang yang sedih di dalam sana.

Sejujurnya, meskipun banyak hal yang membuatku tidak percaya diri tapi aku selalu percaya bahwa diriku jauh lebih baik dari yang orang pikir. Dan aku tau suatu hari nanti akan ada orang-orang yang dengan tulus hati menerimaku apa adanya. Yang dengan tulus hati menyadari ada sesuatu yang baik dari diriku.

Lucky me, aku ketemu kak Rudy.

Beberapa orang berpikiran dia beruntung mendapatkanku. Tapi sejak dulu aku selalu berpikir bahwa aku yang beruntung. Dia orang asing, bukan siapa-siapa lalu pada akhirnya bisa melihat aku jauh lebih baik dari diriku sendiri. I am Beyond grateful.

Haha, tapi aku bukan wanita desperate. Bukan karena dia mau sama aku lalu aku jadi “yaudalah sama dia aja”. Enggak gak gitu sih.

Dan kamu tau gak sih, penyebab rasa gak pede itu bisa jadi sepele banget ya tapi efeknya dalam hidup tuh bisa kemana-mana. Aku benci banget

Rasanya selalu butuh validasi dari orang lain sebagai pembuktian. Itu capek banget

Dan hari ini aku ke Jogja sendirian. Menggelandang di stasiun sejak jam 3 pagi sampai jam 5. Kedinginan, ngantuk tapi ga bisa tidur di kursi. Mandi di kamar mandi mahal. Lalu berkeliling magelang. Menelusuri jejak kenangan disana. Bertemu kawan lama. Jalan kaki menyusuri trotoar sampai ketekku basah, mencoba menikmati setiap langkahku dibawah terik matahari.

Meskipun aku bisa saja bepergian dengan teman atau keluarga, tapi aku memilih pergi sendiri. Dan itu tidak apa-apa, aku tetap happy, aku bisa bebas melakukan apa yang aku suka. Ketika aku bisa naik becak atau naik ojek atau naik angkot, tapi aku memilih berjalan dan menikmati perjalananku sendiri. Itu juga tidak apa-apa. Aku masih menikmatinya. Aku tetap menikmati jalan kakiku meskipun ratusan kali melihat orang lain naik kendaraan lebih cepat dari jalanku dan beberapa kali ditawarin naik becak. Sesekali aku berjalan mendahului orang lain. Sesekali aku berhenti di depan toko, bercermin dan memperbaiki kerudungku.  

Mungkin seperti itulah seharusnya hidup. Aku bisa memilih jalanku sendiri, tidak harus menjalaninya seperti orang lain.

Yaah pada akhirnya aku merasa seperti menemukan hidupku yang baru. Aku ingin memilih jalan hidupku sendiri. Aku ingin terbebas dari ekspektasi orang lain. Aku ingin terbebas dari standar standar kehidupan yang membelenggu yang seringkali tidak jelas apa dasarnya (bukan, aku bukan lagi ngomongin agama, selain itu). Aku ingin menjalani kehidupan ini seperti apa adanya. Tidak apa-apa tidak seperti orang lain, tidak apa-apa tidak sempurna, karena pada akhirnya yang akan menemaniku sampai kapanpun adalah diriku sendiri.

 

0 comments:

Post a Comment

Hai, terima kasih sudah membaca.
Silakan tinggalkan komentar kamu disini.

Jangan lupa centang "Notify Me" yaa agar kamu bisa menerima balasan dari saya

Terima kasih :)